Pelabuhan Gresik telah menjadi pusat perdagangan yang penting sejak abad ke-14, sebelum pendirian Giri Kedaton, dan terus berkembang di bawah kekuasaan Kerajaan Majapahit. Pelabuhan ini menjadi salah satu yang terbesar dalam perdagangan lokal, regional, dan internasional, berkat stabilitas pemerintahan Majapahit di bawah Maharaja Sri Rajasanegara, yang dikenal juga sebagai Raja Hayam Wuruk. Kombinasi komoditas dagang dan lokasi strategis di jalur perdagangan menjadikannya destinasi utama bagi pedagang.
Pada pertengahan abad ke-14, Gresik memiliki keunggulan geografis dengan dilindungi oleh Selat Madura dan Delta Bengawan Solo, memberikan perlindungan dari cuaca buruk bagi pelabuhan tersebut. Catatan Dinasti Ming pada tahun 1368 M mengkonfirmasi keberadaan Pelabuhan Gresik di Jawa, disebut sebagai Sin-ts’un. Maulana Malik Ibrahim, seorang ulama Islam yang menyebarkan agama di Nusantara, tiba di Gresik pada 1371 M.
Ketika Gresik menjadi bagian dari Kerajaan Majapahit pada tahun 1387 M, administrasi perdagangan diberikan kepada Syahbandar yang beragama Islam. Maulana Malik Ibrahim, dikenal juga sebagai Syeikh Maghribi atau Sunan Gribig, diangkat sebagai Syahbandar pertama. Pengangkatan ini dipengaruhi oleh mayoritas pedagang Muslim di pelabuhan. Maulana Malik Ibrahim memainkan peran penting dalam perdagangan dan penyebaran Islam di daerah tersebut.
Setelah wafatnya Maulana Malik Ibrahim, posisi Syahbandar diambil alih oleh Raden Ali Hutomo atau Raden Santri, yang kemudian diikuti oleh Nyai Ageng Pinatih. Mereka berdua berhasil memperluas perdagangan dan memperkuat pengaruh Islam di Gresik.
Kemudian, Gresik menjadi basis Islam selama masa Kerajaan Giri. Sunan Giri, atau Prabu Satmata, mendirikan Kerajaan Giri Kedaton sekitar tahun 1481 M. Sunan Giri mengembangkan Islam dengan menggabungkan unsur budaya Islam ke dalam kehidupan masyarakat, terutama dalam pendidikan dan kebudayaan. Gresik berkembang menjadi pusat perdagangan yang ramai di bawah kepemimpinan Sunan Giri.
Setelah Sunan Giri, kepemimpinan di Kerajaan Giri dilanjutkan oleh putranya, Pangeran Zainal Abidin, atau Sunan Dalem, dan kemudian oleh Sunan Prapen. Sunan Prapen mengembangkan kekuasaan Islam di Jawa Timur dan Jawa Tengah serta meluaskan pengaruhnya hingga ke beberapa wilayah di Nusantara Timur.
Namun, kemudian Gresik mengalami kemunduran akibat penetrasi kapitalisme Belanda melalui VOC pada awal abad ke-17, yang secara signifikan mempengaruhi perdagangan di pelabuhan tersebut.
Mewujudkan Gresik Baru Mandiri, Sejahtera, Berdayasaing dan berkemajuan berlandaskan Akhlakul karimah
Memimpin, merumuskan, mengatur, membina, mengendalikan, mengoordinasikan pertanggungjawaban kebijakan teknis urusan perencanaan dengan cara menyusun kebijakan pembangunan, penelitian dan pengembangan daerah serta pengkajian, pengoordinasian dan perumusan RT RW Daerah.
Struktur Organisasi Bappeda
Badan Perencanaan Pembangunan, Penelitian dan Pengembangan Daerah -
Kabupaten Gresik
Designed by ©
BAPPEDA
Gresik